Karyawan Singapura Merasa Khawatir Terhadap Perubahan Digital
Pandemi yang berlangsung hampir dua tahun ini menyebabkan banyak perubahan ekonomi global. Akibatnya, banyak organisasi mulai beradaptasi dengan budaya kerja baru yang secara efektif membatasi kontak fisik di semua area kerja. Hal ini menyebabkan banyak orang meningkatkan penggunaan teknologi dalam komunikasi antara pekerja kantor dan manajer mereka untuk berkomunikasi dengan pelanggan.
Akibatnya, sebagian besar perusahaan di seluruh dunia mulai mempercepat upaya mereka menuju digitalisasi penuh, yang telah membantu mereka mengatasi banyak tantangan yang disebabkan oleh krisis kesehatan global.
Sayangnya, tidak semua orang tertarik dengan gagasan merangkul budaya kerja digital dengan begitu cepat. Laporan NTUC LearningHub Emerging Jobs and Skills Singapura menemukan bahwa empat dari lima (81 persen) pekerja Singapura mengatakan mereka khawatir tentang dampak digitalisasi pada pekerjaan dan peran di industri masing-masing. Banyak yang mengutip “kebutuhan untuk menjaga agar keterampilan baru tetap relevan” sebagai salah satu alasan utama kekhawatiran ini.
Selain itu, 40 persen responden khawatir mereka tidak akan mampu beradaptasi dengan keterampilan baru yang diperlukan. 31 persen juga takut mereka akan digantikan oleh orang lain yang sudah terbiasa dengan keterampilan baru tersebut.
Mayoritas pekerja (93 persen) percaya bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan keterampilan mereka agar tidak menjadi tidak relevan dan tidak kompetitif di pasar tenaga kerja. Tiga alasan teratas yang diberikan karyawan untuk melanjutkan pendidikan adalah “peluang kemajuan yang lebih baik” (66 persen), “gaji yang lebih baik” (58 persen) dan “lebih cocok dengan keterampilan yang ada” (50 persen).
Laporan NTUC LearningHub juga melakukan studi tentang pengusaha. Oleh karena itu, 57 persen dari mereka percaya bahwa dampak digitalisasi terbesar pada tenaga kerja adalah kebutuhan untuk melatih karyawan mereka tentang persyaratan keterampilan baru.
Pada saat itu, 54 persen pemberi kerja mengatakan dampak besar lainnya adalah berkurangnya waktu yang dihabiskan untuk tugas berulang yang dapat diserahkan ke proses independen. 54 persen juga mengatakan karyawan harus mengadopsi peran campuran dan menggunakan kombinasi keterampilan untuk mencapai produktivitas yang optimal.
Tag:adaptasi kebiasaan baru, berhenti beralasan, berita daerah, berita terbaru, berita viral hari ini, chandra putra negara, endgame gita wirjawan, gita marty natalegawa, gita wirjawan, kemurahan hati, kerendahan hati, komisi pemberantasan korupsi republik indonesia, literasi digital, marty natalegawa asean matter, marty natalegawa menteri era sby, nagita slavina berurai air mata, transformasi digital, usahawan sejati, wawasan kebangsaan, yayasan inspirasi anak bangsa